Bagi seorang lelaki seperti diriku ini, yang hanya mengandalkan rasio dan penalaran yang tidak layak untuk dinantikan. Memang benar, tatkala alunan musik R n B terhentakkan, Aku mencoba untuk tidak berjalan di atas hedonisme dunia yang bagaikan fatamorgana. Dan, lelaki yang Kau tunggu di seberang jalan itu sangat tidak relevan jika dibandingkan dengan cinta akan keglamouran semata.
Cintaku yang begitu kuat untuk mengalir di atas bara api yang panas. Seakan membuktikan untuk kesungguhan hati untuk satu kesempatan lagi. Air mata tak akan jatuh lagi tatkala lelaki ini yang Kau tunggu "bukan sekadar ini". Sekadar ini yang terucapkan dari mulut tanpa dasar, sungguh terasa menyakitkan untuk seorang lelaki. Cinta itu sebuah misteri yang harus Kau selesaikan dengan sangat cantik bukan untuk dicekat tanpa nafas.
Haruskah Aku kecewa lagi untuk sebuah cinta. Dalam hal ini cinta yang melibatkan perasaan yang begitu besar. Mungkin Aku memang seperti ini dan harus terjadi pada diriku. Karma itu datang begitu cepat ketika posisiku terbalik sejajar dengan posisi Dia yang pernah Aku cinta. Ketika Aku sudah mulai jatuh cinta maka akan sulit untuk membendung perasaan ini. Lugas dan realitanya seperti itu.
Apakah Aku sedang mengemis cinta pada Kau? Meminta cinta dengan mengibakan diri. Selanjutnya, Apakah Kau merasa kasihan pada diriku? Aku bagaikan pengemis di bawah jembatan layang dengan wajah tertutup topi yang lusuh dan terkumalkan debu serta asap. Dan Kau selayaknya yang berkecukupan dengan pakaian dengan wangi yang khas. Begitu tipis jika berada di perputaran roda kehidupan.
Aku terlanjur dan terlalu cinta pada dirimu. Inilah sebuah jawaban bukan untuk mengiba tetapi untuk Kau ketahui. Mungkin ini pula yang terakhir untukku memohon pada kesempatan yang terakhir pula. Kemudian, apakah Kau mencintaiku dalam kesempatan yang Kau berikan padaku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar